Kamis, 13 Desember 2007

SMK Aceh Wajibkan Siswanya Pakai Laptop

Lhoksemawe - Jurusan TI (teknologi informasi) sebenarnya banyak diminati kalangan anak sekolahan. Di sebuah sekolah di Aceh misalnya.

Pada awal dibuka, peminat jurusan Teknologi Komputer Jaringan (TKJ) dan Multimedia di SMKN1 Lhoksemawe mencapai sekitar 80 orang. Tapi kemudian turun drastis pada 2005 menjadi hanya 26 orang, lalu merangkak naik menjadi 38 orang. Tahun ini jumlah peminatnya naik drastis menjadi lebih dari 100 orang.

Diperkirakan banyaknya peminat jurusan TI pada tahun 2007 di sekolah itu dikarenakan harga laptop yang makin murah sehingga makin banyak siswa yang bisa membeli laptop. SMKN1 Lhoksemawe memang mewajibkan setiap siswanya untuk memiliki laptop.

Jangan kaget jika menemukan beberapa siswanya berlesehan di pinggir-pinggir kelas atau di bawah pohon sambil ber-laptop ria. Beberapa diantaranya ada yang berchatting ria, tapi banyak juga yang sibuk mencari bahan tugas. Pasalnya, SMKN1 Lhoksemawe ini memang satu-satunya sekolah yang sudah dilengkapi hot spot. Jadi para siswanya bebas mengakses internet selama jam pelajaran. Laptop tentengan para siswa ini pun ternyata milik siswa masing-masing.

Seperti yang dikisahkan Muhammad Aulia (15) siswa kelas satu jurusan TKJ ketika ditemui detikfinance di ruang kelasnya dalam Kunjungan Media Community Development ExxonMobil ke Aceh Utara, Rabu (12/12/2007).

Bermodal laptop Toshiba seharga Rp 7,2 juta yang jauh-jauh dibelinya dari Medan, ia nampak lihai memainkan jarinya mengedit sebuah gambar motor. Ketika ditanya kenapa ia masuk jurusan jaringan komputer, ia menjawab: "Supaya bisa merakit komputer sendiri. Mau buka toko komputer."

Aulia mengaku senang dengan adanya hot spot itu, ia jadi lebih mudah mencari bahan tugas serta bisa berkomunikasi dengan kawan dari daerah lain.

Jaringan internet di sekolah-sekolah Lhokseumawe mulai masuk pada 2004. Lalu pada 2005 ExxonMobil memberikan tambahan alat-alat seperti antena grid, 10 komputer beserta 1 server, 1 tower, serta biaya pemasangan. Jaringan internet pun terus meluas sampai akhirnya kini hampir semua sekolah menengah atas dan sederajat serta SMP semua sudah terkoneksi satu sama lain.

"Kecuali SMA 6 dan SMP 6 karena lokasinya yang cukup jauh. Padahal alat-alatnya sudah ada," kata Wakil Kepala Sekolah bidang Humas SMKN 1 Lhokseumawe Sulaiman.

Namun peningkatan jaringan internet untuk sekolah-sekolah ini bukan karena bantuan Exxon saja, tapi juga kerjasama dengan Indosat dan Pemda. Setiap bulannya Pemda membayar biaya bandwith yang digunakan sekolah-sekolah itu ke Indosat sebesar RP 11 juta.

Sumber : Alih Istik Wahyuni - detikinet

Tidak ada komentar: